Minggu, 04 November 2012

Masalah Irak adalah masalah Internasiaonal

JAKARTA, KOMPAS - Krisis politik dan segala kekacauan yang kini tengah terjadi di Irak adalah juga masalah dunia, bukan hanya masalah Pemerintah AS. Karena itulah AS menilai komunitasinternasional harus turut serta terlibat aktif dalam menangani konflik Irak dan konflik kawasanTimur Tengah lain seperti di Israel, Palestina, atau Lebanon. Seperti yang telah dilakukanPemerintah Indonesia dalam membantu menangani konflik di Lebanon."Ini bukan semata-mata untuk membantu kami atau orang lain, tetapi memang begitu cara dalammenyelesaikan masalah dunia seperti yang memang seharusnya dilakukan negara-negara besarseperti Indonesia. Itu biasa,” kata Duta Besar AS untuk Indonesia Lynn Pascoe, Rabu (22/11),ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, dalam jumpa pers Yudhoyono menyatakan, masalahIrak bukan hanya persoalan AS. Indonesia percaya dengan bekerja sama dan bertukar ide makaakan bisa melahirkan solusi jangka panjang yang baik untuk Irak. Pernyataan dari Yudhoyono inimenimbulkan banyak pertanyaan dari ebrbagai kalangan, mengingat sejak awal posisi Indonesiasudah jelas, yakni mengecam invasi Irak.Namun, Pascoe justru memandang pernyataan Yudhoyono sebagai bentuk keseriusan dankomitmen nyata dari Indonesia untuk mengambil peran lebih besar di komunitas internasional.Apalagi mengingat Indonesia saat ini telah menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB danakan efektif bekerja tahun 2007. “Ini kesempatan tepat bagi Indonesia yang menyatakan ingin ikutberperan dan menjadi pemain yang serius. Kami yakin Indonesia bisa memainkan peran yang kuatdan positif,” kata Pascoe.Pernyataan Yudhoyono itu dinilai sesuai dengan upaya AS yang sejak dua-tiga tahun terakhirberusaha keras mencari dukungan dari sebanyak mungkin negara untuk membantu menangani krisisdi Irak.Jika memang tidak ada yang bersedia memberikan saran atau bantuan untuk menyelesaikan krisisIrak, kata Pascoe, juga tidak masalah. Hanya saja, lanjutnya, yang terjadi saat ini di Irak adalahgejolak kekerasan sektarian.“Sebagian besar mereka menyerang dan membunuh sesama Irak dan bukan ke arah AS,” ujarnya.Jika memang ada negara yang bersedia memberikan saran atau ikut membantu mencarikan jalankeluar masalah Irak, kata Pascoe, AS selalu bersedia mendengarkan. Hingga kini AS masihberusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan krisis dan meraih stabilitas di Irak agar Irakbisa segera maju.“Tidak ada satu pun negara yang bisa menangani masalah dunia yang kompleks dan rumitsendirian. Perlu kerja sama. Kebetulan kini AS negara yang punya kekuatan terbesar di dunia.Karena itu kami punya tanggung jawab lebih besar dalam meraih stabilitas dunia tetapi negara lain juga punya tanggung jawab yang sama,” kata Pascoe.Hasil nyataPertemuan bilateral antara Bush dan Yudhoyono dinilai sangat strategis dan bermanfaat bagi keduabelah pihak. Secara konkret, kata Pascoe, kedua presiden telah menandatangani beberapakesepakatan salah satunya kerja sama pengembangan sistem peringatan tsunami. Bentuk kerja samaini berbentuk kerja sama ilmiah dan teknologis untuk mendeteksi bencana alam tsunami.Di dalam perjanjian itu AS berjanji memberi paket bantuan seperti riset gabungan untuk
  mengadopsi teknologi mendeteksi tsunami dan dikoordinasikan dengan Sistem Peringatan TsunamiSamudra India sebesar 16,6 juta dollar AS. Kesepakatan itu menjadi landasan bagi kerangka kerjasama bencana alam lain seperti banjir, tanah longsor, dan letusan gunung berapi.Ada pula bantuan sebesar 55 juta dollar AS selama dua tahun dari Millennium ChallengeCorporation (MMC). Bantuan ini diberikan untuk program imunisasi dan program menumpastindak korupsi dengan cara reformasi di berbagai institusi.Dalam pertemuan bilateral itu juga dibicarakan iklim investasi Indonesia.“Investasi akan masuk ke tempat yang iklim investasinya mendukung. Jika tidak, investor akan larike tempat lain. Negara lain menciptakan kondisi yang positif sehingga investor tertarik masuk. DiIndonesia, ada upaya menarik uang dalam setiap tahapan proses atau ada aturan tertentu yangmemakan waktu hingga satu dua tahun sebelum akhirnya investor bisa masuk. Kami inginIndonesia bisa ikut kompetisi perdagangan dunia tapi harus bisa diciptakan iklim investasi yangpositif,” kata Pascoe. (LUK)Sumber: Kompas Online, 23 Nopember 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar